Waiting for the Light
Darkness One
Fear of Sadness
Hujan mulai turun di kota itu. Orang-orang dengan kesal mulai mencari tempat teduh untuk berteduh, menghindari hujan yang mungkin akan membuat mereka sakit dan mengganggu pekerjaan mereka. Mereka kesal.
Di salah satu kafe yang bernama ‘Eclaire’, seorang gadis berambut hitam panjang keriting yang di kuncir, dengan mata biru laut, meminum tehnya sambil membolak-balik sebuah file berisi koran-koran yang sudah menguning karena usia. Dengan hati-hati anak itu menyentuh salah satu artikel, dan melepaskan artikel itu dari file-nya. Gadis bernama Feilla Mignonette Moccarain itu membaca artikel itu dengan serius, mengikuti lekukan-lekukan huruf di dalamnya, yang menampakkan judul artikel utama itu: Seorang Murid Wanita Ditemukan Meninggal Dalam Apartemen Teman Wanita-nya. Disitu tertulis jelas bahwa wanita yang meninggal itu bernama Franconia M. M., dan teman wanitanya tertulis disitu di culik kemarin harinya. Nama teman wanita itu adalah Chrissabelle Rosaline Mishalle.
Feilla—atau Fei—menyeruput tehnya, sedikit mengeluh tentang kabut yang seakan menggenggam seluruh kota. Setelah selesai membaca, dia mengambil satu artikel lain dan memasukkan artikel yang sudah dibacanya ke file itu. Judul artikel kali ini adalah: Penculikan Georgia von Mignonette Moccarain. Fei memasukkan artikel itu, dan memasukkan file itu ke dalam tas kecilnya. Dia menghela nafas panjang dan keluar dari kafe tersebut.
Saat ia keluar, hujan masih berintik-rintik kecil. Dia berbelok ke kanan, menuju sebuah jalan yang sepi. Dia melihat aliran air berwarna merah di belokan gang. Tadinya, dia berpikir itu pasti cat atau fanta yang terbuang. Tapi—begitu mencium bau anyir—dia menyadarinya.
Dia mendekati asal darah itu, menengok ke kiri dan kanan. Tidak ada siapa-siapa. Padahal dia tahu tadi banyak orang yang berteduh di sana, sini dan di situ. Tapi—kemana semua orang itu sekarang? Ya, menghilang. Mata biru gadis itu menyiratkan sebuah kengerian. “Jangan…” gumamnya pelan. Bibirnya bergerak kecil menggumamkan suatu kata dalam diam yang tak bisa dimengerti. Matanya pelan-pelan menutup, mencoba tenang.
“Feilla Mignonette Moccarain?”
Suara itu membuat Fei melompat, dan jatuh ke salju yang tebal. Tangannya sedikit terkena darah itu. Tapi—tidak ada bau anyir. Dan, ada bau soda yang menyengat. Dan ternyata cairan itu memang cair. Fanta?
Fei menatap lurus perempuan berambut pendek didepannya. “Chrisabelle?” bibirnya mengeluarkan suara dengan nada tanya.
Chrisa, cewek berambut pendek itu hanya tersenyum kecil. Dia mengangguk sedikit. Tapi Fei hanya cemberut, dan mengatakan satu hal, “Siapa yang membunuh Kakak?!” tanyanya dengan nada menuduh. Well—bagaimana kau tidak menuduh ketika orang yang terakhir melihat kakakmu sebelum terbunuh satu menit kemudian sebagai saksi atau pelaku. Chrisa hanya diam, mengarahkan matanya ke tanah.
“V,” bisik Chrisa. Chrisa mengadu dua jari telunjuknya, menunjukkan bahwa dia gugup. Fei menatap tajam Chrisa, seakan mau mengulitinya. Chrisa menghela nafas panjang. “Vi—Violet pembunuhnya.”
Violet…? Fei berdiri, lalu berlari ke arah kanan, dan segera berhenti disebuah toko yang terpampang sebuah papan yang bertuliskan: Ultraviolet. Gadis bermata biru itu menyentuh kaca yang berdebu. Bagaimana bisa…? Harusnya toko ini masih dibuka! Fei memperhatikan bagian depan toko yang sudah hancur. Papannya, sudah hancur, miring. Fei tersentak ketika suara tawa menggema di kepalanya, membuatnya jatuh terduduk. Tapi lama kelamaan suara itu makin samar…lalu menghilang.
“Orang itu sudah tidak ada, Fei. Percuma saja.”
Fei menoleh dan mendapati kakaknya sendiri, Georgia, berdiri di belakangnya. “Kakak…” katanya. Tapi ketika dia mendekati kakaknya—
Dia menyentuh udara kosong. Dia bersimpuh, lalu mencoba menemukan Georgia. Tapi, percuma. Tidak ada. Air mata mengalir dari mata gadis kecil itu.
-
Gelap.
Hamparan kegelapan memenuhi padang rumput itu, membuat gadis bermata hijau itu mengantuk. Disebelahnya, bocah bermata hijau, menemaninya, mengelus rambut coklat gadis itu.
“Ellioth…berhenti mengelus rambutKU!” kata gadis itu, memecah keheningan.
“Luna.” Kata Ellioth, membela diri. Mata Ellioth yang hijau cemerlang terlihat berkilau. Luna, gadis itu, menatap mata hijau cemerlang milik Ellioth sementara, mata api-peri hijaunya menyala cemerlang di ruang gelap itu.
Tiba-tiba, cahaya memenuhi tempat itu, dan munculah sebuah telur dari kaca, berisi air…dan seorang gadis dengan rambut hitam panjang keriting. Ellioth membaca lempengan besi di dekat tombol-tombol mesin itu, dan membacanya:
“
Lanscape Printscreen mode. Screen type. Feilla Mignonette Moccarain.
All-element allowed,” kata Ellioth. "
Another Moccarain, huh?
Luna menyentuh kaca mesin itu. Fei, dengan mata tertutup, tiba-tiba bergerak. Luna tersenyum kepada Ellioth. Senyum yang menandakan, ‘huh-this-one-is-perfect’. Luna memijit tombol merah yang bertuliskan OP. dan seketika, pintu kaca telur itu terbuka, dan Fei jatuh, ke pelukan Ellioth. Telur itu menghilang dengan sendirinya. Lalu Ellioth menjentikkan jari dan muncul sebuah pintu. Luna mendorong pintu itu, dan muncul sebuah kamar tidur kecil yang bernuansa biru. Tempat tidur bergambar bunga matahari itu membuat Luna tersenyum.
“Kini kurasa kita hanya perlu melanjutkan penelitian, Elli.”
Dan Ellioth pun menyeringai.
T! B! C! (X3)
CnC pls~
((OOC: Ada yang mau jadi OC? Repp sini yak! Fic yang dikerjakan di kala senggangg.))
((OOC2: Luna - Ore
Feilla - Itsuru Nanase))